Isicrita ringkas dan pendek - cerita sisipan dapat mengawal kesatuan cerita dengan cerita pokok agar sentiasa rapi. Peranan Sang Kancil sebagai watak binatang yang cerdik digambarkan mengenai kejayaannya melepaskan atau menyelamatkan diri ketika menghadapi kesulitan seperti dalam cerita "Sang Kancil memperdayakan gajah", "Sang
Programnilam (sinopsis) 1. Hati Kera Tertinggal Cerita ini mengisahkan tentang seekor kura - kura yang inginkan hati kera untuk mengubati penyakit isterinya. Sedang ia berfikir tentang masalahnya itu, ia ternampak seekor kera yang berada di atas pokok sedang makan buah jambu air. Kura - kura telah berbohong kera dengan mengatakan ada buah
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Jakarta - Cerita si kancil merupakan salah satu dongeng anak yang paling populer, Bunda. Hampir semua anak pernah mendengar atau membaca kisah hewan yang satu dongeng berjenis fabel, yang mana tokoh utamanya adalah seekor hewan yaitu si kancil. Ya, cerita fabel memang digemari oleh anak-anak karena menampilkan hewan-hewan yang berwatak seperti halnya kisahnya, kancil dikenal sebagai hewan yang cerdik dan lincah, sering kali hewan lainnya bahkan manusia tertipu dan terpedaya olehnya. ADVERTISEMENT SCROLL TO RESUME CONTENT Meski identik dengan kecerdikan karena tipu muslihatnya, namun dongeng ini tetap memiliki sisi positif yang mengandung pesan moral secara tersirat lho ketika kawanan buaya ingin memakan si kancil, dia membodohi para buaya untuk berbaris terlebih dahulu agar dapat menyeberangi sungai dengan menaiki satu persatu punggung dari buaya tersebut hingga dia ini menunjukan ketenangan si kancil dalam menghadapi masalah. Dengan menggunakan akal pikirannya, dia mampu mencari jalan keluarnya. Sebuah studi berjudul Analisis Buku Dongeng Si Kancil Karya Tira Ikranegara dalam Peningkatan Nilai Moral menyebutkan bahwa kisah si Kancil ini mengajarkan anak untuk berpikir seekor kancil saja bisa menggunakan akal dan pikirannya ketika mendapatkan masalah, mengapa manusia yang diberikan kelebihan akal dan pikiran tidak bisa?Nilai-nilai positif seperti itulah yang diperlukan dalam mendidik anak. Bunda bisa memasukan cerita kancil sebagai materi dongeng anak sebelum mereka beranjak beberapa versi tentang dongeng si kancil. Kebanyakan dari kisahnya disandingkan dengan tokoh lain seperti kancil dan buaya hingga kancil dan pak tani. Adapun berikut kumpulan kisahnyaIlustrasi membacakan dongeng/ Foto iStockphoto/Nattakorn ManeeratKancil dan buayaDikisahkan pada suatu hari, kancil yang lapar sedang berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Tubuhnya terasa lemas karena seharian tidak mendapat cukup dia tiba di suatu sungai. Tanpa sengaja, dia melihat makanan kesukaannya di seberang sana. Dia pun berniat untuk segera menyeberangi sungai di tengah-tengah usaha percobaanya, dia dihadang oleh seekor buaya yang mencoba untuk menyantapnya. Ya, ternyata si kancil harus menyeberangi sungai yang dipenuhi sekumpulan buaya yang ada perasaan takut, si kancil pun tidak kehabisan akal. Dengan kecerdikannya, dia berkata pada buaya bahwa ia sedang dalam kondisi lapar. Sehingga membuat tubuhnya kurus kering dan tidak enak untuk pun menjelaskan sedang membutuhkan makanan yang ada di seberang sungai, dengan dalih tubuhnya akan semakin gemuk setelah makan yang tentunya lebih enak disantap oleh buaya dan hal itu, buaya pun tertarik. Kemudian kancil menyuruh para buaya untuk berbaris berjajar. Kancil pun lantas menginjak barisan buaya itu, satu per satu sambil menghitungnya. Padahal dia sedang memperdaya semua buaya tersebut agar bisa selamat sampai seberang dan harimauPada suatu hari, si kancil sedang berjalan-jalan di hutan sambil menikmati rumput santapannya. Tiba-tiba dia dikagetkan dengan seekor Harimau kelaparan yang muncul tepat berada di tersebut berniat memangsa kancil untuk dijadikan santapannya. Sadar kalau hidupnya dalam bahaya, si Kancil pun tidak kehabisan akal. Dia berkata jika harimau memakannya sekarang maka harimau akan melewatkan kesempatan untuk mendapatkan sabuk sang yang memakainya, maka dia akan bisa terbang dan kuat seperti dewa yang juga pasti akan menjadi raja hutan cerita tersebut, harimau tertarik dan urung memakan kancil, tetapi dengan syarat kancil harus menunjukkan dimana sabuk dewa itu Kancil menunjukkan tempat sabuk dewa itu berada. Tepatnya di pohon dekat sungai. Sabuk tersebut terlihat tergantung di atas pohon. Tanpa berpikir panjang, harimau pun hendak mengambil sabuk bukanya sabuk dewa yang dia dapat, melainkan seekor ular raksasa yang berada depannya sembari melilit si mencuri timunMerupakan kisah kenakalan kancil yang selalu mencuri ketimun di ladang kak tani. Karena merasa geram, pak tani pun inisiatif menyiapkan perangkap untuk menjebak si disangka, pak tani berhasil menangkapnya kemudian memasukkannya ke dalam kurungan kandang hari seekor anjing peliharaan pak tani datang dan tertarik melihat kancil yang sedang berada dalam kurungan. Dia bertanya tentang alasan kenapa si kancil berada dalam kurungan pun menceritakan bahwa dia akan diajak oleh pak tani pada suatu pesta. Dia dikurung karena pak tani khawatir kancil akan hal itu, sang anjing pun merasa iri dan kesal karena merasa tidak pernah sekalipun diajak untuk mengunjungi pesta. Kancil pun mengambil celah dengan mempengaruhi anjing agar mau bertukar tempat pikir panjang, sang anjing bersedia untuk masuk ke dalam kurungan tersebut. Kancil pun menguncinya dari luar dan bergegas pergi secepatnya dari tempat juga Bunda, manfaat mendongeng untuk anak, dalam video berikut[GambasVideo Haibunda]Foto Mia Kurnia Sari haf/haf
Si Kancil Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan. Di dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia ingin berjemur di bawah terik matahari. Di sana ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di perutnya. Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia membayangkan betapa enaknya kalau ada makanan kesukaannya, ketimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Dia berfikir sejenak. Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan berteriak “Buaya….buaya…. ayo keluar….. Aku punya makanan untukmu…!!” Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sugai yang dalam itu. Sekali lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar?” Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhh… siapa yang berteriak siang-siang begini.. mengganggu tidur saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak kau akan kumakan.” Kata buaya kedua yang juga muncul. “Wah…. bagus kalian mau keluar, mana yang lain?” kata Kancil kemudian “Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya. “Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan membagi daging segar untuk buaya-buaya di sungai ini makanya harus keluar semua.” Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya untuk keluar semua. “Hei, teman-teman semua, kancil membagikan daging gratis. Ayo kita keluaaaar….!” buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, munculanlah buaya-buaya dari dalam air. Dan kancil bilang ia akan menghitung buaya-buaya tersebut. Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan. “Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil menghitung. Seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.” Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian,” kata Kancil. “Ha!….huaahh… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Awas kau ya.. kalau bertemu lagi ku makan kau!!,” kata buaya-buaya itu geram. Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun.
Salah satu cerita dongeng si Kancil dan buaya. Dalam dongeng binatang di Indonesia, kancil adalah tokoh terpopuler. Cerita Kancil sudah lama ada dalam masyarakat Jawa, bahkan sebelum ada tradisi tulisan. Cerita Kancil sering dijadikan sarana pengajaran bagi anak-anak. “Tokoh binatang cerdik licik ini di dalam ilmu folklor cerita rakyat dan antropologi disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu,” tulis James Danandjaja dalam Folklor Indonesia. Menurut Sir Richard Windsted dalam A History of Classical Malay Literature, pada abad II SM pada suatu stupa di Barhut Allahabad India terukir adegan-adegan dongeng binatang, berasal dari cerita agama Budha, yang dikenal sebagai Jataka. Dongeng binatang ini kemudian menyebar ke luar India; ke arah barat menuju Afrika serta ke timur menuju Indonesia dan Malaysia bagian barat. Dongeng si Kancil, tulis Dixon dalam The Mythology of All Races Oceanic, terdapat di daerah-daerah di Indonesia yang mendapat pengaruh kuat Hinduisme dan erat hubungannya dengan kerajaan Jawa Hindu dari abad ke-7 sampai abad ke-13. Hipotesis Dixon, menurut James Danandjaja, diperkuat dengan fakta bahwa dongeng si Kancil juga terdapat di negara-negara Asia Tenggara lainnya, yang punya hubungan erat dengan kebudayaan Hindu. Sayangnya, dia tak menjelaskan kenapa dongeng Kancil dapat hidup sampai berabad-abad, atau apa fungsinya sebagai ungkapan kebudayaan dalam masyarakat-masyarakat yang berbeda. Kendati telah lama menjadi folklor yang dituturkan secara lisan, kisah si Kancil baru dibukukan pada abad ke-19. “Semua versi cerita kancil berbahasa Jawa, ceritanya dapat dilihat sebagai suatu siklus yang menceritakan seluruh riwayat hidup sang Kancil sejak lahir sampai meninggalnya,” tulis Behrend dan Titik Pudjiastuti dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-A. Versi cerita Kancil tertua adalah Serat Kancil Amongsastra karangan Kyai Rangga Amongsastra, penulis Kadipaten selama pemerintahan Pakubuwono V di Surakarta, yang dikarang pada 1822. Atas usaha Dr W. Palmer van den Broek, serat tersebut dicetak pada 1878. Buku induk lain dongeng si Kancil diterbitkan van Dorp di Semarang pada 1871. Cerita Kancil ini lebih dikenal dengan Serat Kancil van Dorp karena tak diketahui penulisnya. Buku lainnya adalah Serat Kancil Salokadarma karya Sasraningrat, putra Pakualam Yogyakarta, yang berangka tahun 1891. Cerita Kancil dalam buku ini kehilangan cirinya seperti Kancil pada umumnya. Hal ini, menurut Abing Ganefara dalam skripsinya tentang Serat Kancil Saloka Darma di jurusan Sastra Jawa Universitas Indonesia tahun 1990, karena terdapat konsep-konsep ajaran mistik yang menonjol, sehingga peran binatang dalam cerita ini tak berbeda dari manusia sehari-hari. Misalnya, ada peran bercakap-cakap, mengajar, memberi nasihat, atau adu argumentasi sambil sesekali diselipi ajaran-ajaran mistik. Naskah yang dekat dengan Serat Kancil Salokadarma, menurut Behrend dan Titik, adalah Serat Kancil Amongraja di mana memuat ajaran moral, Islam, kebatinan, dan lain-lain disampaikan melalui wejangan. Tiada keterangan penulisan mengeni serat ini. Tapi melihat gejala bahasa dan terutama sasmitaning tembang yang diletakkan di awal pupuh baru, diperkirakan teks ini berasal dari lingkaran kesusastraan Pakualaman, Yogyakarta. Perbedaan isi Serat Kancil Amongraja dengan serat-serat lain terletak pada tokoh Kancil yang digambarkan sebagai seorang pemuda dengan ilmu pengetahuan luas. Dari penggambaran tersebut tidak tertangkap kesan bahwa Kancil adalah tokoh binatang. Kancil merupakan putra Raden Pathangkus dari Ampeldenta dan seorang dewi dari negara Wiradi. Pada usia 16 tahun, Kancil telah menguasai ilmu kebatinan, falak, Alquran, sastra, bahasa Arab dan Jawa, hingga undang-undang dan hukum Jawa-Belanda. Menurut James Danandjaja, dari semua peneliti tentang dongeng Kancil, yang menarik adalah karya Philip Frick McKean, The Mouse-deer Kantjil in Malayo-Indonesia Folklore Alternative Analyses and the Significance of a Trickster Figure in South-East Asia. McKean menyimpulkan bahwa ideal folk cerita rakyat Jawa adalah selalu mendambakan keadaan keselarasan. Dari isi dongeng-dongeng si Kancil dapat diambil kesimpulan bahwa Kancil mewakili tipe ideal orang Jawa atau Melayu-Indonesia sebagai lambang kecerdikan yang tenang dalam menghadapi kesukaran, selalu dapat dengan cepat memecahkan masalah rumit tanpa ribut-ribut, dan tanpa banyak emosi. Benarkah demikian?
ringkasan cerita si kancil yang cerdik